Eropa sebentar lagi mengalami resesi. Median hasil survei dari Reuters menunjukkan kemungkinan resesi terjadi pada kuartal I-2023 di zona euro sebesar 78%, naik dari survei Oktober lalu sebesar 70%.
Inflasi tinggi dan suku bunga yang terus dikerek naik menjadi “duet maut” yang membawa zona euro ke jurang resesi.
Inflasi di blok 19 negara tersebut pada November tercatat tumbuh 10,1% year-on-year (yoy), sedikit turun dari bulan sebelumnya 10,6% yang merupakan rekor tertinggi sepanjang masa.
Guna meredam inflasi, bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) agresif menaikkan suku bunga acuannya.
Kamis pekan lalu ECB menaikkan suku bunga 50 basis poin kemarin, menjadi 2%.Selain itu, ECB juga menyatakan akan mulai mengurangi neracanya sebesar EUR 15 miliar per bulan mulai Maret tahun depan sampai akhir kuartal II-2023
Pengurangan neraca (balance sheet) tersebut artinya ECB akan menyerap lebih banyak likuiditas. Tujuannya sama seperti bank sentral lainnya, untuk menurunkan inflasi.
Kebijakan ECB yang mulai agresif membuat nilai tukar euro melesat. Pada akhir September lalu, kurs euro melawan dolar Amerika Serikat (AS) menembus ke bawah level paritas atau US$ 1/EUR. Ini pertama kali terjadi dalam 20 tahun terakhir.
Kini euro sudah berada di kisaran US$ 1,06/EUR mengalami kenaikan sekitar 10% dalam nyaris 3 bulan.
Namun ke depannya, tekanan bagi euro masih akan besar, sebab dibayangi resesi yang kemungkinan lebih panjang dari Amerika Serikat.
Bank investasi Goldman Sachs melihat kenaikan euro tersebut hanya sementara. Goldman bahkan memprediksi euro akan kembali merosot ke kisaran US$ 0,97 – US$ 0,94 dalam tiga bulan ke depan, sebagaimana dilansir Forbes.
Euro melawan dolar AS (EUR/USD) merupakan pasangan mata uang yang paling aktif diperdagangkan di pasar valuta asing (foreign exchange/forex).
Dalam trading forex, ketika terjadi penurunan harga maka posisi jual atau short akan memperoleh cuan
Jika melihat prediksi Goldman Sachs dalam 3 bulan turun sekitar US$ 0,12 atau dalam trading forex sekitar 1200 pip.
Pip adalah satuan poin terkecil untuk mewakili perubahan harga dalam trading forex. 1 pip dalam euro senilai US$ 10 jika bertransaksi sebesar 1 lot.
Jika prediksi tersebut jitu, dan trader mengambil posisi short EUR/USD, maka potensi cuan yang diraih bisa mencapai US$ 12.000 dalam 3 bulan.
Untuk membuka 1 lot kontrak standar dibutuhkan modal yang berbeda-beda tergantung berapa leverage (rasio antara dana si trader sendiri dan dana pinjaman) yang digunakan oleh trader dan diberikan oleh broker forex.
Tanpa leverage untuk membuka posisi 1 lot dibutuhkan modal sebesar US$ 100.000. Modal itu tentunya sangat besar, sehingga broker-broker memberikan leverage agar trading menjadi lebih terjangkau.
Sebagai catatan, trading forex hanya bisa dilakukan melalui broker forex. Di Indonesia ada cukup banyak broker forex resmi dan terdaftar di Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).
Di Indonesia sendiri broker pada umumnya menyediakan leverage 1:100, maka jumlah modal yang dibutuhkan atau dikenal dengan margin untuk membuka 1 lot standar adalah 100.000/100 = US$ 1.000.